Wahana Bermain "BUNYU ADVENTURE"
Selasa, 15 April 2014
Senin, 11 November 2013
Allah Pilihkan Dikau Untukku
"Urusan lahir, mati, rezeki dan jodoh sememangnyalah kuasa Allah, tapi aku percaya kesemua itu masih dapat diubah oleh hasil usaha manusia yang menempuhnya...
Perjalanan waktu dari tiada menjadi ada, saat hampa kini fana
Silih berganti siang dan malam, mengubah seonggok daging menjadi dewasa
Rana kehidupan yang terus memburu, ketika kanak-kanak dunia ibarat permainan. Saat remaja... semua menjadi serba ke-aku-an dan hanya membahasakan cinta dan kasih sayang.
Hidup memang terus berputar....
Dalam usia yang lebih seperempat abad semakin jelas bayang dan kias selama ini...
Perjuangan untuk mendapatkan cinta seorang yang telah ditakdirkan-Nya penuh tanya dan liku
Pada sebuah persimpangan, ketika semangat mulai meredup
Kalimat indah dari-Mu terus berpendar
Lalu kuserahkan semua urusanku kepada-Mu
Hanya bermodal keyakinan akan janji-Mu
Aku tak meminta seperti yang biasa dipinta
Aku tak meratap mengharap iba
Hanya dzikir-dzikir agung senantiasa menghiasi bibir
Ku belajar arti ikhlas dan syukur yang sesungguhnya
Ku sudahi inginku dengan menerima ketentuan-Mu
Kini, bunganya telah tampak
Semerbak dan semarak jiwaku oleh hadirnya
Aku tak lagi meminta, Engkau-lah yang pilihkan "dia" untukku
Tentu, pilihan-Mu ya Rabb adalah sebaik-baik pilihan
Syukur dan Bahagiaku pada-Mu Ilahi...
Atas persembahan bidadari surga yang Kau titipkan padaku
to my lovely wife Umi "Elfrida Azis"
Perjalanan waktu dari tiada menjadi ada, saat hampa kini fana
Silih berganti siang dan malam, mengubah seonggok daging menjadi dewasa
Rana kehidupan yang terus memburu, ketika kanak-kanak dunia ibarat permainan. Saat remaja... semua menjadi serba ke-aku-an dan hanya membahasakan cinta dan kasih sayang.
Hidup memang terus berputar....
Dalam usia yang lebih seperempat abad semakin jelas bayang dan kias selama ini...
Perjuangan untuk mendapatkan cinta seorang yang telah ditakdirkan-Nya penuh tanya dan liku
Pada sebuah persimpangan, ketika semangat mulai meredup
Kalimat indah dari-Mu terus berpendar
Lalu kuserahkan semua urusanku kepada-Mu
Hanya bermodal keyakinan akan janji-Mu
Aku tak meminta seperti yang biasa dipinta
Aku tak meratap mengharap iba
Hanya dzikir-dzikir agung senantiasa menghiasi bibir
Ku belajar arti ikhlas dan syukur yang sesungguhnya
Ku sudahi inginku dengan menerima ketentuan-Mu
Kini, bunganya telah tampak
Semerbak dan semarak jiwaku oleh hadirnya
Aku tak lagi meminta, Engkau-lah yang pilihkan "dia" untukku
Tentu, pilihan-Mu ya Rabb adalah sebaik-baik pilihan
Syukur dan Bahagiaku pada-Mu Ilahi...
Atas persembahan bidadari surga yang Kau titipkan padaku
to my lovely wife Umi "Elfrida Azis"
Selasa, 05 November 2013
Wahana Bermain "BUNYU ADVENTURE"
![]() |
| Ban Mickey surfur |
Bunyu Adventure adalah wahana bermain untuk anak-anak yang memiliki beberapa wahana diantaranya Kolam Perahu, Kolam Renang Anak dan arena mandi bola
![]() |
| Inflatable Boat |
![]() |
| Hand Boat |
![]() |
| Jumbo Whale/Sharke Rider |
![]() |
| Turtle Inflatable |
![]() |
| Inflatable Mini Jet Ski |
Beralamat di Jl. Bintara Desa Bunyu Selatan Kecamatan Bunyu......
Senin, 04 November 2013
Resep Sup Ayam Bayam
SOP ayam
salah satu jenis sajian yang sering dihidangkan di rumah. Mudah membuatnya dan
menyehatkan. Variasikan menu sop keluarga Anda dengan Resep Sop Ayam Bayam ini.
Bahan:
- 500 gr ayam fillet
- 2 liter air kaldu
- 2 sendok makan minyak goreng untuk menumis
- 1 buah bawang bombay, iris tipis
- 2 siung bawang putih, memarkan
- ¼ buah pala
- 2 buah cengkih
- 1 batang seledri, buat simpul
- Garam dan merica bubuk secukupnya
- 2 buah wortel, bentuk bunga
- 1 buah jagung manis, rebus, pipil
- 1 ikat bayam, petiki
- 2 batang daun bawang, iris tipis
Cara
membuat:
1.
Didihkan air, rebus ayam hingga lunak. Angkat, suwir-suwir. Sisihkan.
2. Panaskan minyak, tumis bawang putih dan bawang bombay hingga harum.
3. Masukkan tumisan ke dalam air rebusan ayam, tambahkan pala, cengkih, simpul daun seledri, garam, dan merica. Masak hingga mendidih.
4. Masukkan wortel dan jagung manis, masak hingga matang. Tambahkan bayam dan daun bawang, masak sebentar, angkat.
5. Sajikan sup dengan taburan daun seledri.
2. Panaskan minyak, tumis bawang putih dan bawang bombay hingga harum.
3. Masukkan tumisan ke dalam air rebusan ayam, tambahkan pala, cengkih, simpul daun seledri, garam, dan merica. Masak hingga mendidih.
4. Masukkan wortel dan jagung manis, masak hingga matang. Tambahkan bayam dan daun bawang, masak sebentar, angkat.
5. Sajikan sup dengan taburan daun seledri.
Hasil: 6
porsi
Minggu, 29 September 2013
10 Cara Pintar Ambil Risiko Dalam Bisnis
Kata “risiko” memang memiliki pengertian negatif bagi sebagian orang. Tetapi,
berani mengambil risiko dalam bisnis tidaklah sama dengan menjadi orang yang
sembrono. Justru pengusaha sejati akan memandang risiko sebagai sesuatu yang
positif dan penuh tantangan. Mereka akan mengantisipasi hal-hal tak terduga
demi mendapatkan untung besar.
Saya menemukan ringkasan hebat mengenai strategi kunci yang digunakan, lengkap dengan cerita kehidupannya, dalam buku yang berjudul “The Risk Takers”, karya Renee dan Don Martin. Berikut adalah daftar tersebut, disertai prioritas dan pendapat saya:
Cari tren terbaru dan kembangkan. Sering kali, perubahan kultur atau tren ekonomi akan memberi peluang usaha baru. Tantangannya adalah menyadari perubahan tersebut lebih awal, lalu ambil tindakan, meski terdapat risiko. Inilah awal mula keuntungan para pelopor bisnis.
Cari harta karun yang terpendam dan temukan pasar yang belum dilirik orang. Bahkan perusahaan berpenghasilan triliunan rupiah tidak bisa menawarkan segalanya kepada semua orang. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menemukan pasar menguntungkan yang tidak dilihat atau bahkan diincar orang lain.
Manfaatkan kelemahan pesaing dan jadikan itu sebagai kekuatan Anda. Pengusaha yang memiliki pandangan tajam memiliki bakat melihat dunia melalui sudut pandang pelanggannya. Kualitas yang dimiliki tersebut dapat membantu Anda tampil menonjol dalam kekurangan dan kelemahan pesaing.
Tajamkan pandangan. Kapan pun ada kesempatan, perhatikan dengan saksama area pasar yang diabaikan pesaing. Hal tersebut lebih mudah dilakukan daripada meredupkan produk-produk yang sudah terkenal, dan menunggu perubahan konsumsi pelanggan, meskipun solusi yang Anda miliki lebih baik.
Patahkan aturan konvensional. Banyak nama pengusaha tercatat dalam buku sejarah keberhasilan karena mereka telah berani menyimpang dari formula dan cara berpikir yang mapan dan sudah ada. Menantang tradisi yang sudah ada mampu membuka pintu keuntungan kompetitif.
Hemat uang dan beriklan dengan biaya yang murah. Jika Anda memulai bisnis dengan modal yang pas-pasan, ada cara kreatif untuk menarik perhatian pelanggan tanpa iklan yang mahal. Mulailah dengan media sosial, blogging, dan promosi dari mulut ke mulut.
Jangan biarkan kesulitan dan kegagalan mengalahkan Anda. Daftar peringkat pengusaha sukses diisi oleh para pria dan wanita yang menolak berhenti percaya pada dirinya sendiri, meski mendapatkan cemoohan dari orang lain yang menyakitkan. Ketahanan dan ketekunan bisa membawa Anda menuju kesuksesan.
Percaya pada intuisi. Sebuah badan penelitian menyatakan, intuisi adalah bentuk nyata pengetahuan. Itu merupakan kemampuan yang dapat Anda asah dan kembangkan — hal tersebut dapat sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dalam lingkungan bisnis yang kacau dan tidak bisa diprediksi. Dalam kondisi seperti itu, intuisi mampu mengalahkan analisis rasional.
Terus ciptakan inovasi. Pengusaha dengan kinerja yang bagus memulai dari nol untuk menciptakan perusahaan yang dikenal luas dan terus menyesuaikan diri agar dapat bertahan di tengah perubahan pasar. Perasaan terlalu cepat puas itu seperti ban bocor halus. Ketika Anda menyadarinya, kerusakan sudah sangat parah.
Mulai sekarang juga! Waktu yang sempurna untuk memulai bisnis tidak akan datang dengan sendirinya. Sering kali, menunggu hanya memberi kesempatan bagi pesaing untuk memukul Anda dengan telak. Jika Anda percaya ide Anda akan sukses, maka ambillah risiko dan mulailah beraksi.
Percayalah terhadap kekuatan ide Anda dan segera mulai kejar impian dunia usaha Anda. Dengan kecerdasan dalam mengenal risiko, Anda pun akan mampu meraih sukses.
Saya menemukan ringkasan hebat mengenai strategi kunci yang digunakan, lengkap dengan cerita kehidupannya, dalam buku yang berjudul “The Risk Takers”, karya Renee dan Don Martin. Berikut adalah daftar tersebut, disertai prioritas dan pendapat saya:
Cari tren terbaru dan kembangkan. Sering kali, perubahan kultur atau tren ekonomi akan memberi peluang usaha baru. Tantangannya adalah menyadari perubahan tersebut lebih awal, lalu ambil tindakan, meski terdapat risiko. Inilah awal mula keuntungan para pelopor bisnis.
Cari harta karun yang terpendam dan temukan pasar yang belum dilirik orang. Bahkan perusahaan berpenghasilan triliunan rupiah tidak bisa menawarkan segalanya kepada semua orang. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menemukan pasar menguntungkan yang tidak dilihat atau bahkan diincar orang lain.
Manfaatkan kelemahan pesaing dan jadikan itu sebagai kekuatan Anda. Pengusaha yang memiliki pandangan tajam memiliki bakat melihat dunia melalui sudut pandang pelanggannya. Kualitas yang dimiliki tersebut dapat membantu Anda tampil menonjol dalam kekurangan dan kelemahan pesaing.
Tajamkan pandangan. Kapan pun ada kesempatan, perhatikan dengan saksama area pasar yang diabaikan pesaing. Hal tersebut lebih mudah dilakukan daripada meredupkan produk-produk yang sudah terkenal, dan menunggu perubahan konsumsi pelanggan, meskipun solusi yang Anda miliki lebih baik.
Patahkan aturan konvensional. Banyak nama pengusaha tercatat dalam buku sejarah keberhasilan karena mereka telah berani menyimpang dari formula dan cara berpikir yang mapan dan sudah ada. Menantang tradisi yang sudah ada mampu membuka pintu keuntungan kompetitif.
Hemat uang dan beriklan dengan biaya yang murah. Jika Anda memulai bisnis dengan modal yang pas-pasan, ada cara kreatif untuk menarik perhatian pelanggan tanpa iklan yang mahal. Mulailah dengan media sosial, blogging, dan promosi dari mulut ke mulut.
Jangan biarkan kesulitan dan kegagalan mengalahkan Anda. Daftar peringkat pengusaha sukses diisi oleh para pria dan wanita yang menolak berhenti percaya pada dirinya sendiri, meski mendapatkan cemoohan dari orang lain yang menyakitkan. Ketahanan dan ketekunan bisa membawa Anda menuju kesuksesan.
Percaya pada intuisi. Sebuah badan penelitian menyatakan, intuisi adalah bentuk nyata pengetahuan. Itu merupakan kemampuan yang dapat Anda asah dan kembangkan — hal tersebut dapat sangat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dalam lingkungan bisnis yang kacau dan tidak bisa diprediksi. Dalam kondisi seperti itu, intuisi mampu mengalahkan analisis rasional.
Terus ciptakan inovasi. Pengusaha dengan kinerja yang bagus memulai dari nol untuk menciptakan perusahaan yang dikenal luas dan terus menyesuaikan diri agar dapat bertahan di tengah perubahan pasar. Perasaan terlalu cepat puas itu seperti ban bocor halus. Ketika Anda menyadarinya, kerusakan sudah sangat parah.
Mulai sekarang juga! Waktu yang sempurna untuk memulai bisnis tidak akan datang dengan sendirinya. Sering kali, menunggu hanya memberi kesempatan bagi pesaing untuk memukul Anda dengan telak. Jika Anda percaya ide Anda akan sukses, maka ambillah risiko dan mulailah beraksi.
Percayalah terhadap kekuatan ide Anda dan segera mulai kejar impian dunia usaha Anda. Dengan kecerdasan dalam mengenal risiko, Anda pun akan mampu meraih sukses.
Rabu, 05 Desember 2012
9 Kesesatan Syi’ah Imamiyah Menurut Syaikh Al Qardhawi
9 Kesesatan
Syi’ah Imamiyah Menurut Syaikh Al Qardhawi
voai
DR Yusuf
Al Qardhawi dalam Fatawa Mu’ashirah, menjelaskan 9 perbedaan tajam antara
Ahlus Sunnah yang moderat dengan Syi’ah Imamiyah Itsna Asy’ariah/12 Imam.
Berikut ini fatwa beliau:
1. Sikap Syi’ah terhadap Al Qur`an.
Sikap mereka terhadap Al Qur`an seperti yang telah saya jelaskan
berulang-ulang kali bahwa mereka tetap percaya dengan Al Qur`an yang kita
hafal. Mereka berkeyakinan bahwa Al Qur`an adalah firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Mushaf yang dicetak di Iran dengan mushaf yang dicetak di Mekah,
Madinah dan Kairo adalah sama. Al Qur`an ini dihafal oleh anak-anak Iran di
sekolah-sekolah agama (madrasah/pesantren) di sana. Para ulama Iran juga
mengutip dalil-dalil Al Qur`an di dalam masalah pokok-pokok dan furu di dalam
ajaran Syi’ah yang telah ditafsirkan oleh para ulama mereka di dalam
kitab-kitabnya. Namun masih tetap ada di antara mereka yang
berkata, “Sesungguhnya
Al Qur`an ini tidak lengkap. Karena ada beberapa surat dan ayat yang
dihilangkan dan akan dibawa oleh Al Mahdi pada saat dia muncul dari
persembunyiannya.”
· Mungkin saja sebagian besar ulama mereka tidak mempercayai hal
ini. Sayangnya mereka tidak mengkafirkan orang
yang telahmengatakan hal di atas. Inilah sikap yang sangat berbeda
dengan sikap Ahlu Sunnah, yaitu barangsiapa yang meyakini telah terjadi
penambahan dan pengurangan terhadap Al Qur`an, maka dengan tidak ragu lagi,
kami akan cap dia sebagai orang kafir.
Padahal keyakinan seperti ini terdapat di dalam kitab-kitab
rujukan mereka, seperti Al Kaafiy yang sebanding dengan kitab Shahih Al Bukhari bagi Ahlu Sunnah. Kitab ini telah dicetak dan
diterjemahkan laludidistribusikan ke seluruh dunia tanpa ada penjelasan
apa-apa di dalamnya. Ada pepatah di masyarakat, “Orang yang diam terhadap kebatilan, sama dengan
orang yang membicarakannya.”
2. Sikap Syi’ah terhadap As
Sunnah
Definisi As Sunnah menurut Ahlu Sunnah adalah sunnah Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah dimaksum oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala
dan Dia perintahkan umat Islam untuk menaati beliau di samping taat kepada-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul;
jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah
apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan
kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk,” (QS An Nur [24]: 54). ”dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat,”(QS An Nur [24]: 56). “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),”(QS An
Nisa [04]: 59). “Katakanlah
(Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa
Allah tidak menyukai orang-orang kafir,” (QS
Ali Imran [03]: 32). “Barangsiapa
menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan
barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak
mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka,” (QS An Nisa [04]: 80). “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al Qur’an)
menurut keinginannya. Tidak lain (Al Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya),” (QS An Najm [53]:
3-4) dan ayat-ayat yang lainnya.
Akan tetapi batasan As Sunnah menurut Syi’ah adalah
sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para imam mereka yang
maksum. Maksudnya,sunnah mencakup bukan hanya sunnah Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melainkan jugasunnah kedua belas imam mereka. Imam
mereka yang 12 orang tersebut wajib ditaati sebagaimana taat kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dan rasul-Nya yang dikuatkan dengan wahyu. Mereka telah
menambahkan perintah Al Qur`an untuk taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
rasul-Nya yaitu agar taat kepada makhluk yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri
tidak memerintahkannya. Lebih dari itu, kita mengkritik Syi’ah karena telah
meriwayatkan sunnah dari orang-orang yang tidak tsiqah (terpercaya) karena
tidak memenuhi unsur keadilan dan kesempurnaan hafalan.
Oleh karena itu, kitab-kitab rujukan Ahlu Sunnah tidak diterima
oleh mereka. Mereka tidak mau menerima kitab Shahih Bukhari, Muslimdan Kutub Sittah lainnya,
tidak mau menerima kitab AlMuwatha,Musnad
Ahmad dan kitab-kitab yang lainnya.
3. Sikap Syi’ah terhadap Para Sahabat
Pandangan negatif mereka terhadap para sahabat merupakan
pokok dan dasar ajaran Syi’ah. Sikap mereka itu adalah turunan dari pokok
ajaran mereka yang meyakini bahwa, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah berwasiat jika beliau wafat, maka Ali bin Abi Thalib adalah pengganti
beliau. Akan tetapi para sahabat menyembunyikan wasiat ini dan mereka
merampas hak Ali ini secara zalim dan terang-terangan. Para sahabat telah
berkhianat terhadap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjadi wasilah
mereka mendapatkan petunjuk dan mereka hidup di zaman beliau untuk menolongnya
walaupun dengan nyawa dan segala yang mereka miliki.
Yang mengherankan, apakah mungkin para sahabat
bersekongkol untuk melakukan hal ini, sementara Ali Radhiyallahu ‘Anh
–sang pemberani- hanya bisa diam saja tidak berani mengumumkan haknya ini.
Justru Ali malah ikut membaiat Abu Bakar, Umar dan kemudian Utsman.
Ali tidak berkata kepada salah seorang dari mereka itu, ”Sesungguhnya aku mempunyai wasiat dari
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Akan tetapi, mengapa kalian bersikap
seolah-olah tidak tahu? Mengapa kalian hanya bermusyawarah dengan enam orang
saja dan kalian menyibukkan diri kalian sendiri? Siapakah orangnya yang harus
memilih sedangkan umat Islam telah menetapkan hal ini dengan wasiat Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam?” Mengapa
Ali tidak mau menjelaskan hal ini? Kemudian, jika memang Al Hasan bin Ali
benar-benar telah tercatat sebagai khalifah setelah Ali karena ada wasiat
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, tapi mengapa justru Al Hasan mengalah
dan memberikan jabatan khalifah ini kepada Mu’awiyah? Mengapa Al Hasan
melakukan hal ini, padahal ini merupakan perintah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala? Dan mengapa justru Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam
haditsnya (hadits ramalan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam) memuji sikap Al Hasan ini?
Pertanyaan ini tidak bisa dijawab sama sekali oleh mereka.
Inilah tuduhan palsu mereka terhadap para sahabat yang tidak
terbukti. Keterangan mereka ini sangat bertentangan dengan keterangan yang
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebutkan di dalam beberapa surat Al Qur`an. Seperti
di akhir surat Al Anfal, surat At Taubah, surat Al Fath di pertengahan di
akhirnya, surat Al Hasyr dan surat-surat lainnya.
Demikian pula As Sunnah telah memuji para sahabat baik secara
umum maupun secara khusus. Juga zaman mereka itu dianggap sebagai sebaik-baik
zaman setelah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Juga apa yang dicatat oleh sejarah tentang mereka. Mereka adalah
orang-orang yang telah menghafal Al Qur`an dan dari mereka lah umat menukilnya.
Mereka juga adalah orang-orang yang telah menukil As Sunnah dan menyampaikan
apa yang mereka nukil dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam baik
perkataan, perbuatan maupun persetujuan beliau kepada umat ini.
Mereka juga adalah orang-orang yang telah melakukan futuh (pembebasan
negeri lain dengan damai) dan membimbing umat ini menuju tauhid Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dan risalah Islam. Mereka juga telah mempersembahkan kepada
bangsa-bangsa yang dibebaskannya contoh-contoh teladan Qur’ani yang dijadikan
sebagai petunjuk.
4.Imamah Ali dan Keturunannya
yang Berjumlah 12 Imam Adalah
Pokok Ajaran Syi’ah. Barangsiapa yang Menolak,
maka Dia Dicap Kafir.
Di antara masalah akidah Syi’ah Imamiyah Itsna ’Asyariyah yang
bertentangan dengan Ahlu Sunnah adalah, keyakinan Syi’ah bahwa kepemimpinan Ali
dan keturunannya dari garis Husein merupakan pokok-pokok keimanan, seperti
beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, beriman kepada para malaikat-Nya,
beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada para rasul-Nya dan beriman
kepada hari akhir. Tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala iman seorang muslim, jika dia tidak beriman bahwa Ali adalah khalifah
yang ditunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Demikian juga halnya dengan 11
imam keturunan Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang berani menolak hal ini atau
meragukannya, maka dia adalah kafir yang akan kekal di neraka. Seperti inilah
riwayat-riwayat yang tercantum di dalam Al Kaafiy dan kitab-kitab
lainnya yang mengupas masalah akidah mereka.
Atas dasar inilah, sebagian besar kaum Syi’ah
mengkafirkan Ahlu Sunnah secara umum. Hal ini dikarenakan akidah Ahlu Sunnah
berbeda dengan akidah mereka (Syi’ah). Bahkan Ahlu Sunnah tidak mengakui akidah
seperti ini dan menganggap bahwa akidah ini adalah batil dan dusta atas nama
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan rasul-Nya.
Bahkan Syi’ah juga mengkafirkan para sahabat yang tidak
mengakui imamah Ali Radhiyallahu ‘Anh. Mereka juga mengkafirkan tiga orang khulafa
rasyidin sebelum Ali yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman dan para sahabat lain
yang mendukung ketiga orang khalifah ini. Kita ketahui bahwa semua para sahabat
telah meridhai tiga khulafa rasyidin, termasuk Ali bin Abi Thalib yang pada
saat itu Ali lah orang terakhir membaiat Abu Bakar. Kemudian Ali berkata, ”Sesungguhnya kami tidak mengingkari keutamaan
dan kedudukan Anda wahai Abu Bakar. Akan tetapi kami dalam hal ini mempunyai
hak karena kami adalah kerabat (keluarga) Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” Akan tetapi Ali tidak menyebutkan
bahwa diamempunyai nash wasiat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
dan Rasul-Nya.
Sedangkan kami Ahlu Sunnah menganggap bahwa masalah imamah dan
yang berkaitan dengannya termasuk ke dalam furu’ dan bukan termasuk pokok-pokok
akidah Islam. Masalah ini lebih baik dikaji di dalam kitab-kitab fiqih dan
muamalah dan bukan dikaji di dalam kitab-kitab akidah dan pokok-pokok agama.
Walaupun dengan sangat terpaksa para ulama Ahlu Sunnah membicarakan masalah ini
di dalam kitab-kitab akidah untuk membantah seluruh ajaran Syi’ah di dalam
masalah ini.
Syaikh Muhammad ‘Arfah, seorang anggota Lembaga Ulama Senior Al
Azhar pada zamannya, telah menukil dari kitab-kitab akidah milik Syi’ah
Imammiyah Itsna ’Asyariyyah sebagai penguat apa yang kami ucapkan tentang
mereka. Beliau berkata,
”Jika kita mau mengkaji kitab-kitab akidah milik orang-orang
Syi’ah, maka kita akan menemukan adanya kesesuaian atas riwayat-riwayat yang
mereka sampaikan. Kita pun bisa langsung menukil ajaran mereka yang kita anggap
sebagai ajaran yang sangat berbahaya yaitu masalah imamah, ajaran mengkafirkan
para sahabat dan tiga orang khulafa rasyidin. Mereka terus mengkafirkan kaum
muslimin sejak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat sampai hari ini.
Hal ini disebabkan kaum muslimin tidak pernah mengakui imamah Ali dan 12 imam
mereka. Hal ini seperti yang kami kutip dari penghulu ahli hadits Abi Ja’far
Ash-Shaduq Muhammad bin Ali bin Husein bin Babawaih Al Qummi yang meninggal
dunia pada tahun 381 Hijriyah yang merupakan ahli hadits kedua dari tiga ahli
hadits (Syi’ah) yang juga dia itu adalah pengarang kitab yang berjudul, “Man La Yahdhuruh Al Faqih”, salah satu kitab dari empat kitab rujukan Syi’ah di dalam
masalah pokok-pokok ajaran mereka. Dia berkata, ”Kami berkeyakinan pada orang-orang yang menolak
imamah Ali bin Abi Thalib dan seluruh imam setelah beliau adalah seperti
orang-orang yang menolak nubuwah (kenabian) para nabi. Kami juga berkeyakinan
bahwa orang-orang yang mengakui imamah Ali dan menolak satu dari imam setelah
Ali adalah seperti orang-orang yang mengakui/beriman kepada para nabi akan
tetapi mereka menolak Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.”Dia juga berkata di dalam “Risalat Al I’tiqadat”,
bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Barangsiapa yang menolak imamah Ali
setelah aku (Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam), artinya dia telah
menolak kenabianku dan barangsiapa yang menolak kenabianku, artinya dia telah
menolak rububiyah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda, ”Wahai
Ali, Sesungguhnya kelak setelah aku wafat, engkau itu akan dizhalimi.
Barangsiapa yang menzhalimimu, sama dengan dia telah menzhalimi aku;
barangsiapa yang bersikap adil terhadapmu, sama dengan dia telah bersikap adil
terhadap aku; dan barangsiapa yang menolakmu, sama dengan menolak aku.”
Imam Shadiq AS berkata, ”Orang yang menolak imam terakhir kami, sama dengan menolak imam
pertama kami.”
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Para imam setelah aku ini ada berjumlah
dua belas orang. Imam yang pertama adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
AS, dan imam yang terakhir adalah Al Mahdi. Menaati mereka sama dengan menaati
aku dan bermaksiat kepada mereka sama dengan bermaksiat kepada aku. Barangsiapa
yang menolak salah seorang dari mereka, sama dengan menolak aku.” Imam Shadiq berkata, ”Barangsiapa yang meragukan tentang kekufuran musuh-musuh kami dan
sikap zhalim mereka terhadap kami, maka dia dianggap telah kafir.”[1]
5. Dakwaan Wasiat dari Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk Ali
Dakwaan adanya wasiat dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
untuk Ali menjadi khalifah setelah beliau wafat –seperti keyakinan Syi’ah-
sungguh telah merampas hak kaum muslimin untuk memilih pemimpin dari kalangan
mereka sendiri. Itulah wujud pengamalan terhadap perintah musyawarah yang telah
dijadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai ciri khas kaum muslimin,”Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka,” (QS Asy Syura [42]:
38).
Seolah-olah dengan adanya wasiat itu, umat Islam
terbelakang selamanya, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala harus menentukan
siapa orangnya yang berhak mengurusi dan memimpin umat Islam. Juga diharuskan
orang yang memimpin umat Islam ini datang dari rumah tertentu dan dari
keturunan tertentu dari keluarga rumah ini. Padahal semua manusia adalah sama.
Yang jelas bahwa yang berhak memimpin umat Islam adalah orang yang diterima
(diridhai) oleh umat Islam dan dia mampu untuk memikul amanah ini dan
menakhodai umat ini.
Saya yakin jika Negara Islam yang dipersepsikan oleh
Ahlu Sunnah adalah bentuk Negara Islam ideal yang telah digambarkan
oleh Al Qur`an dan As Sunnah yang shahih. Yaitu sangat sesuai dengan yang
diinginkan oleh masyarakat dunia pada saat ini bahwa rakyat berhak menentukan
nasibnya sendiri, tidak menganut teori negara Teokrasi atau sebuah sistem yang
mana negara dikuasai oleh pemerintahan berasaskan agama (tertentu) atas nama
Pemerintahan Langit yang membelenggu leher masyarakat dan hati nurani mereka.
Semua lapisan masyarakat tidak kuasa atas diri mereka sendiri kecuali harus
mengatakan, ”Kami mendengar dan kami taat!”
Keyakinan Syi’ah ini dibantah oleh takdir Allah, di mana Imam
yang ke-12 mereka sedang bersembunyi, seperti yang mereka yakini. Akhirnya,
umat manusia ditinggalkan tanpa imam maksum lebih dari 11 abad. Bagaimana
mungkin Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan membiarkan umat manusia tanpa imam yang
akan membimbing mereka? Ternyata mereka (orang-orang Syi’ah) berkata, ”Kami masih mempunyai Al Qur`an dan As
Sunnahuntuk membimbing kami” ketahuilah, justru
kami (Ahlu Sunnah) sejak dahulu sudah mengatakan hal ini.
6. Superioritas Kelompok Tertentu
atas Seluruh Umat Manusia
Keyakinan orang-orang Syi’ah dibangun atas dasar rasa superioritas
(merasa paling lebih) dari seluruh makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Mereka merasa mempunyai karunia yang sangat besar jika dilihat dari
penciptaannya. Mereka ini berhak untuk mengatur orang lain walaupun
mereka tidak memilihnya. Hal ini dikarenakan telah menjadi keputusan
langit.
Pemikiran seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam
secara umum. Hal ini disebabkan seluruh manusia adalah sama seperti deretan
sisir. Hanya ada satu Rabb bagi seluruh umat manusia dan memiliki nenek moyang
yang sama yaitu Adam ‘Alaihis Salam. Mereka semua diciptakan dari bahan yang
sama, yaitu sperma. Oleh karena itu, tidak ada rasa superioritas seorang
manusia atas manusia yang lain kecuali dengan taqwanya. Hal ini seperti yang
telah dijelaskan di dalam Al Qur`an, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti,” (QS Al Hujurat [49]:
13).
Sesungguhnya manusia itu diutamakan atas yang lainnya hanya
karena amal perbuatan, dan bukan karena faktor keturunan. Sebab siapa
yang amalnya lambat, maka nasabnya tidak akan mempercepat langkahnya meraih
ridha-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, ”Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi
pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak
(pula) mereka saling bertanya,” (QS
Al Mu`minun [23]: 101). Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa
yang akan menghukumi umat manusia di hari Kiamat adalah Al Mizan yang tidak
akan menzhalimi seorang pun. Manusia lah yang memilih para pemimpin dalam
bingkai musyawarah. Manusia berbaiat kepada para pemimpin dengan syarat jangan
melanggar batasan-batasan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hak-hak manusia.
Hanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam saja satu-satunya
orang yang dipilih oleh wahyu, ”Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas
kerasulan-Nya,” (QS Al An’am [06]:
124). Selain beliau, hanya manusia biasa dan tidak dipilih oleh
wahyu.
Kemudian kenyataan sejarah menunjukkan bahwa orang-orang yang
mengaku berhak menduduki sebuah jabatan pemerintahan atas dasar nash (Al
Qur`an/As Sunnah), ternyata mereka itu tidak menduduki jabatan apa-apa. Justru
mereka hidup seperti manusia pada umumnya (rakyat biasa), mendapatkan persamaan
di dalam hukum. Kecuali Ali bin Abi Thalib yang dibaiat oleh kaum muslimin
menjadi khalifah. Karena jika dilihat dari sisi keilmuan, beberapa imam
‘maksum’ keturunan Ali tidak dikenal sebagai orang yang unggul kecerdasannya
dan layak menjadi imam. Namun ada sebagian dari keturunan Ali termasuk ke
dalam tokoh besar di bidang fiqih, seperti Muhammad Al Baqir
dan Ja’far Ash-Shadiqseperti imam-imam fiqih lainnya.
7. Penyebaran Bid’ah di Kalangan Syi’ah
Di antara yang harus diperhatikan dari Syi’ah yaitu terjadinya
penyebaran bid’ah yang mengandung kemusyrikan di kalangan para pengikut Syi’ah.
Mereka menyembah kuburan dan situs-situs para imam dan syaikh mereka. Mereka
berani bersujud ke kuburan, meminta pertolongan kepada ahli kubur dan berdoa
meminta kebaikan untuk para peziarahnya dan supaya terbebas dari segala macam
marabahaya. Menurut mereka bahwa para ahli kubur tersebut bisa mendatangkan
manfaat dan bahaya, bisa membuat miskin dan kaya seseorang dan bisa membuat seseorang
senang maupun sengsara.
Saya (Syaikh Yusuf Al Qardhawi) pernah melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana para peziarah kuburan Imam Ridha bersujud sambil merangkak ke
arah kuburan beliau dari jarak sepuluh meteran. Tentu hal ini bisa terjadi
dikarenakan kerelaan dan anjuran dari para ulama Syi’ah.
Hal ini berbeda dengan perilaku orang-orang awam Ahlu Sunnah pada
saat mereka melakukan ziarah ke kuburan para wali dan Ahlul Bait yang kedapatan
berperilaku menyimpang dan bid’ah. Akan tetapi, perilaku ini ditolak keras oleh
para ulama Ahlu Sunnah. Inilah perbedaan yang mendasar antara kami (para ulama
Ahlu Sunnah) dengan mereka (para ulama Syi’ah). Yaitu para ulama Ahlu Sunnah
mengecam perilaku munkar yang dilakukan oleh orang-orang awam. Bahkan ada sebagian
para ulama Ahlu Sunnah yang mengafirkan perilaku orang-orang awam
ini. Akan tetapi perilaku munkar dan syirik yang dilakukan oleh
orang-orang awam Syi’ah adalah diridhai dan mendapat dukungan dari para ulama
mereka.
8.
Syi’ah Melakukan Distorsi Sejarah
Sesungguhnya Syi’ah telah menjelek-jelekkan para sahabat,
tabiin, dan para pengikut mereka. Juga mereka berani merubah
alur sejarah umat Islam sejak zaman yang paling baik (zaman Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya dan generasi setelah ini).
Yaitu zaman terjadinyafutuh (pembebasan negeri dengan cara damai) dan kemenangan gilang
gemilang serta berbondong-bondongnya umat manusia masuk Islam. Juga
terbangunnya kebudayaan yang mengacu kepada ilmu pengetahuan, iman dan akhlaq
juga umat Islam ini mempunyai sejarah yang sangat gemilang. Sekarang umat Islam
mencoba untuk bangkit kembali dengan cara berkaca kepada sejarahnya,
menyambungkan masa sekarang dengan zaman dahulu. Menjadikan kemuliaan para
pendahulu umat Islam sebagai figur untuk mendorong generasi
muda kini untuk maju dan jaya.
Sedangkan sejarah orang-orang Syi’ah dipenuhi dengan kegelapan.
Inilah yang mendorong saya untuk menulis sebuah buku berjudul, “Tarikhuna Al Muftara ‘Alayhi” -Sejarah
Kita yang Diselewengkan-. Buku ini mengupas
sejarah yang benar dan membantah seluruh tuduhan busuk orang-orang Syi’ah. Buku
saya ini membuat orang-orang Syi’ah gerah. Kemudian salah seorang Syi’ah
menulis sebuah buku membantah buku saya ini. Dia berkata, ”Yusuf Al Qardhawi ini Wakil Allah Subhanahu Wa
Ta’ala atau Wakil Bani Umayyah?”[2]
9. Ajaran Taqiyyah
Di antara ajaran Syi’ah yang menyangkut akhlaq adalah menjadikan
Taqiyyah sebagai dasar dan pokok ajaran di dalam berinteraksi dengan orang
lain. Mereka selalu melakukan Taqiyyah, yaitu menampakkan sesuatu yang berbeda
dengan yang ada di dalam hati. Mereka itu mempunyai dua wajah. Wajah yang
pertama dihadapkan ke sekelompok orang dan wajah yang lainnya dihadapkan ke
kelompok yang satunya lagi. Mereka juga mempunyai dua lidah.
Mereka berdalih dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ”Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang
kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat
demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena
(siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka,” (QS Ali Imran [03]: 28). Akan tetapi, dengan sangat jelas
ayat menerangkan bahwa dibolehkannya Taqiyyah adalah pada saat darurat yang
memaksa seorang muslim harus melakukan hal ini (Taqiyyah) karena takut dibunuh
atau ada bahaya besar yang mengancamnya. Keadaan seperti ini masuk ke dalam
pengecualian, seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ”Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia
beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman,” (QS
An Nahl [16]: 106).
Pengecualian ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan di dalam
bermuamalah. Hal ini (Taqiyyah) boleh dilakukan pada saat darurat, yang mana
keadaan darurat bisa menghalalkan sesuatu yang terlarang. Akan tetapi tetap
harus dihitung secara cermat. Untuk orang lain yang tidak terpaksa, tidak boleh
melakukan hal ini. Karena sesuatu yang terjadi atas dasar pengecualian tidak
bisa dikiaskan.
Akan tetapi Syi’ah Imamiyah menjadikan Taqiyyah ini sebagai dasar
di dalam muamalah mereka karena para imam mereka membolehkan hal tersebut. Dari
Ja’far Ash Shadiq bahwasanya dia telah berkata ”Taqiyyah adalah agamaku dan agama
leluhurku.” Ibnu Taimiyyah berkata
mengomentari ucapan ini, ”Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyucikan Ahlul Bait dari hal
ini dan mereka tidak memerlukan Taqiyyah. Karena mereka adalah orang-orang yang
paling jujur dan paling beriman. Oleh karena itu, agama mereka
adalah Taqwa dan bukan Taqiyyah.”[3]
__________________________________
Rep/Red: Shabra Syatila
Langganan:
Komentar (Atom)











